11.26.2017

(still trying to) Overcome The Crisis

Do I have choices? Yes.
Do I brave enough to take that and leave everything behind? No.
Why are we, or am I, really afraid of failure?
Why do I deserve to feel this?
Why can't I be happy just like my other friends?

Berhenti membandingkan
Berhenti menyesal
Puasa dari segala hiruk pikuk media sosial
People tends to filter what they want to post. To impress others and make others think that she/he is very okay. That life is beautiful
Don't be too hard to yourself, we always deserve a rest on everything

11.05.2017

It's Okay to be Sad

Selama ini kita hidup dengan dibayang-bayangi pepatah untuk selalu bahagia, untuk tidak bersedih
Tapi kesedihan bukanlah hal yang selalu buruk
Karena dengan bersedih berarti kita memberikan hak terhadap diri kita untuk dapat melepaskan emosi
Untuk melepaskan beban
Untuk bisa sejenak beristirahat

3.20.2017

One Question (or more) A Day or A Week? We'll See Later

Gua tumbuh besar dengan sebuah ketakutan yang sebenarnya bisa dihentikan, ketakutan untuk bertanya, ditanya, maupun menjawab pertanyaan. Gua selalu takut dianggap bodoh dan merasa jawaban atau pertanyaan gua adalah sebuah lelucon untuk teman-teman gua ataupun guru gua. Mengkerdilkan diri, mungkin itu cukup bisa menggambarkan diri gua semasa sekolah. Gua ga mau jadi pusat perhatian, yang berakhir pada ketidakpekaan gua terhadap apa yang sedang gua pelajari. Karena seharusnya rasa ingin tahu adalah hal paling dasar yang dimiliki oleh seorang scholar kan?

Berangkat dari hal itu, gua mau mencoba menantang diri gua sendiri, bertanya tentang apa yang memang terlintas di pikiran. Selain jadi ajang pelarian diri dari masalah dan pikiran-pikiran negatif yang menggrogoti gua, rasanya ini bisa jadi satu hal yang berguna buat kesehatan pikiran dan mental gua juga semoga saja untuk orang lain yang membaca tulisan atau bahasan gua mengenai suatu hal yang membuat gua penasaran. Gua ingin waktu 'istirahat' gua saat ini bisa bermanfaat, at least buat gua.

Gua sering banget bengong atau mungkin kerennya merenung. Saat di kereta selama perjalanan pulang ataupun menuju kampus, di atas motor ojek online menuju rumah, dijeda karena kekaguman membaca sebuah tulisan (perasaan 'anjir kenapa kepikiran hal-hal kayak gini ya?'), di kamar mandi, atau bahkan sebelum tidur. Pertanyaan yang muncul karena waktu-waktu ini banyak banget dan sering kali bukan sesuatu yang berkaitan dengan desain. Mungkin arsitektur, tapi lebih ke aspek yang lebih luas. Tidak jarang juga pertanyaan-pertanyaan sepele sehari-hari seperti kenapa ibu-ibu seneng banget dorong-dorong di dalam kereta.

Gua senang mengamati dan melakukan riset kecil, walaupun seringnya ngga komprehensif, untuk menyenangkan diri gua. Sebuah pencapaian kecil dan pengetahuan baru. Tapi sayangnya hal ini ga pernah gua dokumentasikan, sering kali hanya berupa celotehan gua saat mengoborol dengan teman-teman. Sampai akhirnya nanti akan muncul pertanyaan yang sama, karena sering kali gua lupa pernah nanya hal itu. Makanya gua mau mencoba menuliskan apa yang ada di kepala supaya kepala ini ngga melulu berisik dan syukur-syukur sih bisa dikembangkan ke hal-hal yang lebih besar lagi. Buat platform, gua gatau mending pakai blog ini, tumblr yang isinya curhatan receh (walaupun seharusnya sebuah curhatan tidak mengurangi kredibilitas pemikiran dan rasa ingin tahu sih...), atau bikin alamat baru pakai akun ini aja. Kita lihat saja nanti enaknya gimana.


Jadi pertanyaan hari ini, atau minggu ini, adalah:

"Dengan jumlah luas tanah Indonesia yang sangat besar, kenapa masih ada saja orang yang tidak punya kemewahan itu? Lalu bagaimana dengan yang tercantum dalam UUD 45, dimana dinyatakan bahwa tanah seharusnya digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat? Jadi tanah itu milik siapa dan untuk siapa? Rakyat atau developer?" 

P.S: Behubung pertanyaan ini beranak-pinak, mungkin ini akan ditulis selama 3 hari-1minggu, karena kan harus ada riset kecil-kecilan dulu ya supaya tulisannya jadi kredibel. 

3.12.2017

berhenti membandingkan

berbahagia
dan
bersyurkurlah



tarik napas
lalu
istirahatlah sejenak



ketika kamu siap

berlarilah

semampumu
sekuat tenagamu





mereka bilang,
"usaha tidak akan pernah mengkhianti hasil"






maka
beristirahatlah
tapi ingatlah
untuk tidak pernah berhenti






lalu





berdamailah
mungkin ini memang belum waktumu



bersyukurlah
mungkin ini saatmu untuk belajar



berbahagialah
mungkin Tuhan dan semesta memberikanmu waktu untuk berpikir





hidup ini
bukan melulu tentang orang lain



tapi juga
tentang dirimu
tentang keberhasilanmu

menang atas dirimu sendiri






Ditulis untuk menenangkan diri, sebagai pengingat untuk mencoba berdamai dengan waktu dan juga diri ini.

12.13.2016

Lowest Point

Milih kuliah tuh menurut gua salah satu proses pendewasaan. Toh lu yang pilih sendiri kan mau kuliah disini? Ya dinikmati aja walaupun pasti akan ada saat-saat terendah yang harus lu lewati. Kalau semua dinikmati waktu bakal kerasa cepet, kan?
- Ini kata Qatrunnada Salsabila 2 tahun yang lalu, yang baru bertemu 2 atau 3 studio.


Gua tidak pernah setidaksuka ini pada sesuatu dan menyerah ditengah jalan sebelum masuk arsitektur. Well, I'm fucked up. H-2 presentasi akhir, gua menyerah dan di hari presenstasi gua mengurung diri di rumah karena perkerjaan yang tak kunjung usai. Udah cukuplah gua nangis-nangis karena capek, sampai akhirnya nyokap memutuskan untuk menyuruh gua untuk berhenti nugas dulu. I'm mentally drained and unstable that night dan berlanjut kepada keanehan keesokan harinya dimana tubuh gua menggigil sepanjang hari yang akhirnya menghambat pekerjaan gua.

Memang mengerjakan sesuatu dengan terpaksa tidak akan pernah berakhir baik untuk gua. Gua adalah orang yang sangat perfeksionis dan kebanyakan mikir. Di satu sisi itu bisa jadi hal yang baik, dimana seharusnya kerjaan gua akan sangat detail dan rapih juga terstruktur. Yang jadi masalah saat ini adalah otak gua terlalu berisik, sampai-sampai gua sendiri gatau apa yang sebenarnya gua inginkan. Sepertinya gua sudah terlalu lama memendam kebencian terhadap studi gua di kampus, terutama untuk studio perancangan. 

Gua merasa baik-baik saja untuk mata kuliah lain, bahkan bisa dibilang beberapa nilai dan capaian untuk kelas-kelas minor tersebut cukup baik. Ketertarikan gua terhadap ilmu-ilmu turunan dari arsitektur menurut gua juga tinggi. Masalahnya adalah studio di arsitektur lebih penting dari segalanya dan itu makan banyak banget SKS, 6-9 SKS, jadi jangan heran kalau liat IPK tiba-tiba terjun bebas karena gagal 1 kelas. Well, gua dulu sangat tidak peduli dengan nilai, karena gua percaya ilmu akan membawa gua kemana saja gua mau. Ilmu jelas lebih berguna dibanding dengan angka. Masalahnya adalah angka adalah hal pertama yang dilihat orang untuk menjudge lo, apakah lo cukup pintar dan capable atau bahkan sebenernya lo memang tidak bisa apa-apa. Ketakutan gua tidak bisa dapat pekerjaan yang gua inginkan dan kesempatan untuk melanjutkan studi lama kelamaan menggerogoti gua dan gua sadar ini sudah sangat tidak baik.

Ketidaksukaan gua ini sebenernya sudah menjangkiti gua sejak lama, tapi gua masih coba untuk bertahan walaupun pada akhirnya gua lebih banyak lari. Gua sampai pada satu titik kalau gua sadar gua emang ga bisa melanjutkan ini dengan baik. Gua sampe pernah nanya-nanya orang sebenarnya apa sih kelebihan dan kekurangan gua dalam bekerja maupun bersosialisasi sampai akhirnya dulu gua dengan beraninya daftar untuk melanjutkan studi di arsitektur. Well, tanggapan orang-orang aneh banget terhadap pertanyaan gua. Banyak yang mikir gua sedang "kenapa-kenapa". Ya emang aneh sih mendapati orang tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang sangat random secara tiba-tiba. Tapi dari semua itu gua tau kalau sebenarnya menurut orang gua ini cukup persisten dalam bekerja, gua akan mengejar yang mau gua capai, gua cukup cepat beradaptasi di lingkungan baru, dan punya basic yang cukup baik untuk hal-hal visual seperti desain dan fotografi, menurut mereka gua ini pintar terutama untuk ilmu-ilmu teknis. Tapi ternyata itu semua ga cukup untuk gua bisa bertahan di tempat yang aman selama masa studi ini. 

Katakanlah gua pengecut, karena tidak berani melangkah keluar dari zona ini. Well, selama 3.5 tahun ini gua mencari-cari ketertarikan lain di bidang ilmu ini dan ternyata gua cukup tertarik dengan ilmu perkotaan dan politik dalam arsitektur. Tapi lagi-lagi ketertarikan itu belum mampu membawa gua kemana-mana. Wacana akan pindah sering banget gua lempar, ya tapi toh akhirnya gua tidak kemana-mana. Gua sudah menemukan lingkaran pertemanan yang menyenangkan dan gua terlalu sayang dan takut untuk bilang ke orang tua gua karena waktu dan materi yang sudah gua habiskan untuk studi ini. Sudah 3.5 tahun dan masalah gua tidak berubah walaupun gua sangat sadar akan keinginan gua.

Ini semua akhirnya menggerogoti mental gua. Ditambah masalah-masalah lain yang tidak usah gua bahas disini. Banyaklah kejadian-kejadian yang mirip sama apa yang sedang gua alami saat ini, apalagi di arsitektur. Sudah banyak gua denger cerita senior yang menghilang gitu aja karena depresi, yang diam-diam ternyata sudah sampai konsultasi ke psikiater, yang akhirnya menyerah karena memang itu yang terbaik untuk keadaannya.  Tapi berapa banyak sih dari kita yang aware sama keadaan ini.

Kata temen gua, ketahanan orang terhadap sesuatu itu ada batasnya walaupun kadang kita suka membandingkan orang itu dengan kita. Kadang kita suka lupa kalau ada hal-hal lain yang bisa mempengaruhi kemampuan dan kinerja sesorang. Kita sering kali berbesar kepala, walaupun kadang baik juga sih buat men-encourage orang lain, menyamakan keadaan kita dan mereka. Katakanlah ini pembelaan diri dari gua, tapi kesehatan dan kestabilan mental itu jelas dapat mempengaruhi kinerja seseorang dan pada kenyataannya banyak juga kasus yang sudah terjadi. Dimana akhirnya mahasiswa yang memilih untuk mengakhiri kehidupannya karena orang sekitarnya bahkan tidak merasa kalau ada hal lain yang terjadi di dalam diri mereka, kesehatan mental yang menurun.

Karena pemikiran inilah akhirnya gua lebih sering diam, menyimpan semuanya atau ya nulis gajelas kayak gini. Gua terlalu skeptis sama orang-orang dan gua rasa teman-teman gua juga udah capek denger keluhan dan kegelisahan gua. Syukur-syukur kalau memang ada yang baca tulisan ini dan mengerti. Kalau tidak pun at least apa yang sudah gua tahan-tahan ini keluar juga. Pernah suatu kali keadaan gua ini jadi taruhan buat temen-temen gua, apakah gua akan datang ke studio atau nggak. Keadaan ini juga akhirnya membuat gua berpikir mungkin teman-teman gua menganggap gua tidak cukup serius. Terakhir kali bahan presentasi gua akhirnya dipakai karena ya toh gua juga tidak akan datang. Well, gua kesel tapi gua bisa apa. Lama-lama memendam kekesalan juga cuma akan membunuh gua, jadi biarkan saja. Gua tidak ingin mengundang pertengkaran. Ini semua membuat gua akhirnya rendah diri, menganggap diri gua tidak bisa, menganggap diri gua sebenarnya tidak cukup penting, menganggap kalau gua ini sangat remeh di mata teman-teman gua. Dulu, ketika gua merasa seperti itu gua akan berjuang. Tapi rasa-rasanya amunisi perjuangan gua sudah habis dimakan ketakutan dan kekhwatiran gua akan masa depan. 



Semoga saja gua bisa melalui ini semua dan semua perjuangan dan perjalanan ini tidak sia-sia. Setidaknya, gua dapat ilmu dan pengalaman serta semoga saja pendewasaan diri. Aamin.

12.11.2016

Overthink will surely kills me. The same goes to regret. D-2 and I'm crying because I don't know what to do and how to make my body works. I just want this all to pass. I just don't want to spare more time for something I don't even love.
Sorry for writing this shit rants here. Someday I'll erase this and someday this all will pass.

9.26.2016

You'll be okay
You'll pass this
You'll get your degree
You'll know what your passion is
You'll get job
You'll know what life is for
Keep going and you're getting closer
.
.
.
.
.
For whoever you're, wherever you're now, and also as a note for my own self.

7.04.2016

Serius Dikit: Ada Apa Dengan Reklamasi

Setelah lama absen menulis, saya kembali lagi ke blog ini. Akhirnya setelah 6 tahun menulis di blog ini, terhitung Mei 2010, ada satu post yang cukup berguna dan semoga saja bisa mengedukasi. Setelah 1 semester kemarin mengambil salah satu mata kuliah pilihan yang cukup menguras otak yaitu mata kuliah Arsitektur, Kota dan Kuasa, saya memutuskan untuk membagikan pikiran saya, yang menurut saya masih sangat jauh dari sempurna dan mendidik, ke internet. 

Di mata kuliah ini kebanyakan tugas saya adalah mereview film dan membaca bacaan yang terkait dengan bahasan pada minggu itu. Ternyata saya lebih suka menulis dan mengkaji dibanding berpusing-pusing di studio, dasar anak nyasar. Kebanyakan, sesuai dengan nama mata kuliah ini, adalah film serta bacaan yang berkaitan dengan struktur kota serta pengalaman berkota dan juga bagaimana arsitektur dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mendapatkan dan menunjukan kekuasaan. Dari sini saya sadar kalau arsitektur ga sesempit itu, bukan melulu tentang rumah, bangunan, atau intervensi ruang saja. Tapi juga berhubungan dengan ekonomi, sosial dan budaya, dan bahkan politik. Ternyata arsitek punya kekuatan serta kekuasaan sebesar itu, yang semoga saja tidak disalahgunakan hanya untuk keuntungan sendiri, walaupun saya sadar banget semua orang tentunya ingin menguntungkan dirinya sendiri. Ya saya sih berharapnya kita atau kami, walaupun saya sampai sekarang masih belum ada keinginan untuk jadi arsitek, bisa bergunalah buat orang banyak. Ngga hanya jadi budak-budak kapitalis tapi juga berguna untuk orang-orang kecil. 

Saya sih sadar banget kalau saat ini, untuk kasus serta konteks ini ya, saya masih idealis. Ga tau deh kalau nanti saya dihadapkan dengan hal lainnya. Semoga saja masih tertinggal sedikit idealisme saya di masa kuliah yang bisa membuat saya ingat kalau hidup ngga melulu tentang uang dan pencapaian besar yang bisa disombongkan kepada orang banyak, tetapi juga hal-hal kecil yang bisa menyenangkan orang lain.

Sebenarnya ada beberapa tulisan saya yang terkait dengan mata kuliah ini, tapi saya masih malas untuk mengeditnya supaya cukup layak untuk dibaca orang lain, tentunya selain dosen saya ya. Hehehe. Jadi, untuk saat ini tulisan saya tentang reklamasi dulu yang saya post di internet. Selain karena masih cukup hangat, saya sadar banget kalau banyak anak muda seumuran saya yang masih kurang aware dan malas membaca berita-berita tentang reklamasi ini, contohnya saya dan beberapa teman saya sebelum diberi tugas ini. Tulisan ini saya buat dengan membaca dan menonton beberapa sumber, semoga saja relevan dan terpercaya, selama kurang lebih 2 minggu dan kemudian merangkumnya menjadi sebuah essay yang tentunya disertai dengan pemikiran serta opini-opini saya.

Semoga tulisan ini bisa berguna dan tentunya saya masih membutuhkan banyak masukan dari teman-teman. Semoga masih ada yang berkenan membaca tulisan yang cukup panjang dan muter-muter. Hehehe. Selengkapnya bisa dibaca disini.

4.27.2016

A Sincere Greeting

Halo kamu!
Siapapun kamu, di manapun kamu berada (Jikalau ada orang yang benar-benar membaca blog ini). Sudah lebih dari 3 bulan dari terakhir kali saya menulis di sini. Sebenarnya banyak kata yang akhirnya hanya teronggok di folder draft saja. Rasanya saya sering buntu sekarang saat menulis. Hm apa ya? Susah untuk menyampaikan apa yang ada di kepala saya. Walaupun sebenarnya saat ini saya sedang mengambil mata kuliah yang terkadang mengharuskan saya untuk menulis. Ya pada intinya sih saya sedang kesulitan membaca pikiran saya sendiri. Semoga bisa segera mengabarkan apa yang memang harus dikabarkan. Menuliskan cerita dan terimakasih atas apapun selama sepertiga perjalanan tahun ini.
Sampai bertemu lagi, semoga secepatnya.








Bogor, 27 April 2016.
Ditulis disaat malam menuju pagi, ditengah bacaan city power yang tak kunjung usai.

1.09.2016

Pelajaran Pertama Tahun Ini

Saya nggak nyangka saya akan sehancur kemarin. Saya pikir saya akan baik-baik saja, ternyata tidak. Akhirnya saya menangis lagi. Padahal dari awal saya sudah janji sama diri saya sendiri untuk tidak lagi menangis.


Saya belum berhasil.


Artinya saya harus kembali merombak rencana hidup saya 5 tahun kedepan.
Artinya saya harus kembali menunda semua yang sudah saya rencanakan.

Lalu kembali terlintas, apa memang ini jalan saya untuk mengejar yang lain?


Saya ingat di pertengahan semester kemarin, saya rasanya ingin menyerah dan semuanya terasa berat, saya pernah bilang ke teman saya, "Kayaknya kalau semester ini gua ga lulus PA 3, gua mau coba simak ke Kom deh. Tapi gua takut Nis bilangnya. Sayang uang sama sayang umur". Kata dia kalau saya nggak nyoba, ya nantinya saya akan terus merasa terbayang dan akan terus menyesal. Kenapa sih gua dulu sepengecut itu?


Duh, rasanya saya mau kembali ke 15 tahun lalu ketika masalah terberat saya adalah bingung memilih susu rasa cokelat atau strawberry. Bukan bingung menentukan mau tetap bertahan atau memulai yang baru.


Tapi di awal tahun ini saya seperti ditegur. Diberi pelajaran sama Tuhan.



Karena memang nyatanya manusia hanya akan bisa berencana, Bil.