Hai!
Saya sepertinya sedang rajin menulis. Bukan sih ini rasa-rasanya lebih cocok dikatakan sebagai sarana balas dendam saya karena jarangnya saya menulis dan membaca tahun ini. Padahal saya udah janji sama diri diri sendiri untuk lebih banyak menulis biar otak ini nggak meledak.
day·dream
(n) a series of pleasant thoughts that distract one's attention from the present.
Jadi kenapa saya menamakan blog saya Daydreaming sebenarnya ya karena arti harfiah dari kata itu. Saya ini orangnya sering banget hilang. Tiba-tiba ngelamun. Skip sekian detik. Melamun itu kayak distraksi buat saya kalau saya mulai pusing sama isi kepala saya.
Kebanyakan tulisan di blog ini juga sebenernya adalah hasil lamunan atau kontemplasi ((alah)) saat saya entah lagi di jalan, di kereta, baru bangun tidur, di kamar mandi, atau dimanapun dan kapanpun saya lagi butuh untuk diam.
Kepala saya ini isinya nggak karuan. Terlalu acak-acakan. Ibarat benang, kadang saya sendiri bingung dimana ujungnya. Nah dengan menulis ini sebenenya saya sedang mencoba menarik benang-benang kusut itu. Biar saya tau sebenernya saya ini mikir apa atau mau apa. Dan cara saya mengenali diri saya, ya dengan melamun. Biar keren sih berkontemplasi dalam diam (gaya).
Salah satu hasil kontemplasi saya akhir-akhir ini sih ya Random Thought itu. Masalahnya masih masalah diri sendiri. Mungkin, lagi-lagi, karena saya semakin dekat dengan angka 20. Terlalu banyak ketakutan yang saya pikirkan. Padahal sih sehabis ulang tahun ya sama aja. Life must go on, right?
Saya lagi krisis. Bukan materi, tapi jati diri. Saya bingung mau jadi apa. Saya tiba-tiba ragu sama apa yang saya pilih padahal sudah setengah jalan. Katanya sih cita-cita kadang nggak dimulai dari apa yang kita inginkan, bisa aja dimulai dari hal-hal tak terduga lainnya. Saya rasanya harus janji sama diri sendiri untuk mencoba ikhlas. Coba untuk nggak banyak ngeluh tapi jalanin semuanya. Ambil hikmahnya. Kan saya juga suka bercanda kalau ditanya dapet apa aja di arsitektur, "Alhamdulillah dapet hikmahnya aja." Iya kata-kata itu harusnya bisa membuat saya lebih legowo.
Krisis satu lagi karena saya tidak bisa mengenali diri saya sendiri. Saya merasa saya lagi ada di titik terburuk hidup saya. Seperti ditulisan
ini. Saya sadar tapi kadang saya nggak bisa melakukan apa-apa. Memang ada faktor eksternal yang mengganggu saya akhir-akhir ini. Tapi harusnya saya bisa nggak terus-terusan menyalahkan keadaan atau bahkan saya mungkin bisa membalikan keadaan. Kata seorang teman mungkin ini cara-Nya untuk membuat saya lebih dewasa. Menyiapkan diri saya agar bisa menghadapi masalah lain kedepeannya.
"Nggak semua orang loh Trun bisa ngelewatin masalah kayak gini. Ini tuh bukan masalah yang kata lo cuman gini doang."
Ya semoga aja memang masalahnya nggak gini doang. Semoga saya jadi bisa lebih dewasa setelah ini semua kelar. Capek juga rasanya udah hampir setahun dan masih stagnan disitu-situ aja. Malah kadang lebih parah.
Ya semoga saya bisa secepatnya memenangi diri saya sendiri. Bukankah bisa memenangkan diri sendiri adalah kebahagian buat diri kita?