12.31.2015

365/365

Pos terakhir di Tahun ini. 2015.
This past days were never easy. This year was such a roller coaster ride for me. It brings me up, yet also brings me down.

Terlalu banyak rencana yang berubah. Terlalu banyak mimpi yang coba dimatikan dengan menjadi realistis.

Entah berapa kali menyendiri rasanya menjadi sungguh menyenangkan.

Dan entah berapa kali rasanya ingin menghilang diculik alien.
Yang jauh.
Jauh sekali.

Tapi entah berapa banyak pula kebahagian yang sudah dilupakan, karena merasa ujiannya lebih banyak.
Rasa-rasanya saya jadi lupa caranya bersyukur.
Dasar sombong.

Entah berapa banyak pengalaman yang didapat tahun ini.

Entah berapa banyak senyum dan tawa yang muncul.



Dimulai dari mencoba keluar dari zona nyaman selama 1 bulan di Sukabumi, berkenalan dengan banyak orang-orang hebat, menyadari bahwa hidup tidak hanya terjadi dengan nyaman. Mulai dari mengeluh, hingga akhirnya sedih saat akan kembali pulang. Terima kasih telah menjadi pengisi cerita yang sungguh banyak memberikan pengalaman, warga Puncak Manngah dan teman-teman panitia pengajar titik 2 GUIM 4.

Melewati 2 semester dengan susah payah. Melewati 2 studio luar biasa.
SP yang akhirnya benar-benar membuat saya sadar kalau saya memang lebih menyukai hal-hal yang harus dikerjakan dengan logika. Ilmu-ilmu pasti yang menyenangkan.

Akhirnya bisa menonton band dan grup favorit saya di tahun ini, TTATW dan Banda Neira, ditambah kesempatan melihat band baru Iga Masardi tahun ini.

Merayakan 20 tahun saya hidup dengan berdiam diri di rumah.

Pergi ke Malang. 1 minggu penuh kenekatan. Setelah sekian lama akhirnya kembali merasakan pergi dengan kereta malam. 16 jam super pegal yang menyenangkan. Pertama kalinya mendaki gunung, walaupun hanya Bromo. Menikmati sunrise. Diputar-putar di BNS dan Jatim Park 2. Pertama kalinya ke tempat baru tanpa persiapan matang. Terima kasih perjalanan menyenangkannya, Malang!



Dan entah apalagi yang sudah saya lewati tahun ini.




Terima kasih 2015.
Terima kasih Allah.
Terima kasih teman-teman Puncak Manggah.
Terima kasih Lele.
Terima kasih teman travel super gokil.
Terima kasih geng super sampis.
Terima kasih kamu, untuk siapapun yang membaca ini.
Terima kasih.
Terima kasih.
Terima kasih.
Terima kasih.
Terima kasih untuk selalu ada.
Terima kasih untuk pelajaran berharganya tahun ini.



Selamat menyambut 2016, selamat kembali mengejar mimpi.

11.29.2015

Mematikan Mimpi

Karena "mematikan" sebuah mimpi memang takkan pernah mudah
Seperti halnya mengikhlaskan
Karena "mematikan" sebuah mimpi rasanya mungkin seperti kehilangan tujuan hidupmu
Tapi sebuah kesuksesan adalah sebuah pilihan dan perjuangan
Silahkan berlari mengejarnya
Atau diam dan berhenti
Karena terkadang mimpi memang harus diistirahatkan
Atau ditunda dan diikhlaskan
Karena memang sebuah perjuangan dan mengikhlaskan tidak akan pernah mudah
Jadi bantulah aku menjadi lebih kuat, Semesta
.
.
.
.
.
.



Demi semua perjuangan yang telah lalu dan semua yang masih harus dikejar. Demi 4 minggu terakhir perjuangan di semester ini dan demi perjuangan di masa depan. Semangat terus, Bil! Katanya tidak akan ada yang sia-sia. Semoga juga dengan percobaan ikhlasmu.

11.05.2015

Pikiran Ngablu saat Mengantuk

Bogor, 04112015. 11:49 P.M.

Saat pulang dari Joglo yang super jauh itu, saya dan teman-teman mengobrol dan entah mengapa setelah membicarakan pendidikan dokter (wow berbobot sekali bahasannya berhubung kami ini mahasiswa arsitektur yang super ngaco), kami bisa sampai membicarakan tentang Indonesia.

Kata seorang teman saya Indonesia ini masuk negara miskin, makanya penyakitnya beragam. Saya dan salah satu teman lainnya meralat dan bilang sebenernya negara ini ga miskin, secara materi, negara ini negara berkembang hanya saja negara ini miskin moralnya. Dan saya kurang lebih setuju.

Negara ini kadang menyedihkan. Sampai-sampai semua berita sepertinya membuat Indonesia tampak mengerikan. Pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan pencurian, bahkan korupsi. Kasarnya sih, "Apa sih yang tidak bisa kamu temukan di Indonesia?". Tapi dalam hal negatif.

Saya yakin media punya peranan yang sangat besar terhadap perkembangan Indonesia. Terutama masyarakatnya. Televisi punya kekuatan super untuk bisa mensugesti penontonnya. Kalau ke arah yang baik sih gapapa, lah sekarang? Saya rasa kalau media bisa, at least, memberitakan prestasi Indonesia sekecil apapun itu bisa merubah cara pikir dan pandang kita terhadap negara ini.

Berat banget ya omongan saya? Kayaknya saya sok tahu banget. Enggak. Saya hanya mengutarakan apa yang saya pikirkan setelah mendengar percakapan di mobil tadi. Saya bahkan ga pernah belajar serius tentang media, saya cuma pernah baca-baca sedikit dan memperhatikan. Saya rasa semua ranah ilmu punya efek sebesar itu untuk merubah sistem di masyarakat atau bahkan merubah masyarakatnya sendiri.



Saya ngomong apa sih sebenernya? Jadi seperti meracau lagi. Yasudah sila dibaca dan ditanggapi kalau perlu. Ini hanya sekumpulan pemikiran yang ditulis sembari mengantuk diatas kasur.

10.19.2015

Random Thought 1.5.

Sewaktu pulang tadi saya melamun di kereta, salah satu cara saya untuk sejenak hilang dari keramaian.
Lalu saya teringat rincian output untuk 10 minggu ke depan. Disitu tertulis kolase foto (after all this time akhirnya saya boleh bikin output digital :')).
Saya jadi teringat dulu, saat masih dikader kurang lebih 4 tahun lalu saya pernah diberi simulasi untuk membuat sebuah kolase dari potongan majalah yang telah kami kumpulkan. Temanya? Tentang OSIS yang seperti apa yang kami inginkan. Saat mau presentasi senior saya malah bertanya hal lain. Kemana saya akan melanjutkan kuliah? Saya ingat saya jawab seperti ini, "Pengennya sih masuk DKV A'. Tapi kayaknya gaboleh sama mama". Saya ingat sekali dia bilang sayang sekali mengingat dulu saya sendiri adalah calon ketua bidang seni dan perwakilan dari ekskul fotografi di tahun sebelumnya.
Saya ingat saya pernah sebegitu cintanya dengan apa yang saya jalani. Dulu saya rela tidak tidur hanya demi belajar membuat sebuah gambar WPAP secara otodidak. Saya ingat rasa bangga saat desain website saya jadi (walaupun sebenarnya biasa saja. Kalau iseng boleh cek disini.) Saya kangen rasanya bersenang-senang sambil bekerja. Semoga 10 minggu ini saya bisa mulai belajar mencintai apa yang saya kerjakan. Semangat, Bil!

10.17.2015

Berkabar.

Halo! Saya akhirnya kembali dengan tulisan atau curhat colongan baru. Maaf ya hutang post Malang-Malang Men akan saya tulis setelah semuanya kembali normal. Iya, normal.


How I miss my normal life. Really.
.
Jadi, akhirnya saya tumpah beberapa hari yang lalu. Ke orang yang tepat dan memang mengerti ilmunya. Saya diminta untuk menjalani apa yang saya mau, jangan terlalu banyak berpikir, kejar saja semuanya. Kalau memang ada yang harus ditinggalkan dulu, tinggalkan. Asal ingat untuk kembali. Intinya sih gitu.
.
Oh iya tahun ini saya kenal banyak orang baru, tapi saya tetep aja canggung kalo ketemu orang baru. Kelemahan saya dari dulu. Saya butuh at least 3-4 pertemuan baru saya bisa jadi diri saya sendiri. Ya intinya saya lagi sering jutek sama orang. Sampai saya dibilang acuh. Hehehe maaf ya.
.
Ngomong-ngomong relationship, saya jadi inget beberapa minggu yang lalu pernah bahas ini sama temen saya. Saya sampai di kesimpulan kalau saya memang kayaknya ditakdirkan untuk tidak memiliki hubungan dengan siapapun saat ini. Abis kayaknya saya cuma akan nyakitin aja, saya masih mau main-main. Umur saya sudah 20 sih, tapi saya belum punya target serius untuk masalah relationship ini sampai mungkin 5 tahun kedepan. Ya tapi kalau takdir berkata lain sih saya bisa apa?
.
Tahun ke 3 tidak membantu saya untuk lebih mencintai apa yang saya jalani sekarang. Baru seperempat jalan sih, tapi semoga saya segera menemui apa yang saya cari di sini. Saya mau mencintai apa yang saya kerjakan, biar nggak terbebani kayak sekarang. Saya lupa rasanya bersenang-senang dalam bekerja. Jujur saja, saya sangat iri (iya sangat iri) dengan orang-orang yang bisa bercerita tentang kehidupan perkuliahannya dengan mata yang berbinar-binar dan semangat yang luar biasa. Saya juga ingin mencintai apa yang saya jalani, jadi bantu saya ya 1.5 tahun lagi. Atau at least biarkan saya menemukan passion dan kemampuan saya 1.5 tahun ini agar saya bisa kembali menyenangi apa yang saya kerjakan.
.
Banyak banget ya? Terlalu ngablu dan ngalor-ngidul. Maafkan ya semoga kalian tidak bosan dengan saya yang terus mengeluh ini. Senang masih bisa berkabar dengan siapapun kalian yang ada di seberang sana.
.
Have a nice day,


Bils.

9.12.2015

(Janji Post) Malang-Malang, Coy


Jadi di bulan Agustus kemarin saya sama teman-teman saya nekat pergi ke Malang. Dimulai dari keisengan buka website tiket kereta sampai akhirnya beneran beli dan berangkat ke Malang.

Day 1: Stasiun Senen - Stasiun Malang Kota Baru

Day 2: Stasiun Malang Kota Baru - Batu - Museum Angkut - Alun-Alun Kota Batu - Pos Ketan Legenda

Day 3: Eco Green Park - Batu Secret Zoo - BNS

Day 4: Coban Rondo - Paralayang - Omah Kayu - Selecta - Bakso Cak Man - Bakso Presiden - Balaikota Malang

Day 5: Sunrise di Penanjakan - Pasir Berbisik - Bukit Teletubbies - Kawah Bromo - Malang

Day 6: Rawon Nguling - Cwimie Hoklay - Toko Oen - Stasiun Malang Kota Baru



Jadi nanti post ini bakal diedit dan dilengkapi lagi. Ini cuma draft kasar aja biar inget punya utang bikin post jalan-jalan ke Malang.

Silahkan menunggu! :-)

9.07.2015

Passion

Bogor, 7 September 2015. 11:42.

Hati, otak, dan fisik benar-benar sedang tidak bisa diajak bekerja sama.

Saya gatau kenapa tapi saya sedang sangat emosional. Sepertinya siklusnya akan datang lebih cepat.

Saya gatau tapi saat ini otak dan tangan saya sedang tidak bisa bekerja sama. Saya bingung menyampaikan apa yang ada di otak dan menuangkannya menjadi sebuah presentasi dan grafis.

Saya gatau kenapa tapi seminggu ini saya ambruk. Saya flu, demam, dan kemarin sempat mimisan padahal seumur-umur ga pernah ada sejarahnya saya mimisan.

Hari ini tepat 7 hari, 1 minggu, masuk kuliah. Tapi saya sudah hancur. Saya muak. Saya ngga ngerasa berada di tempat yang tepat. Lagi-lagi saya nyalahin passion. Saya gatau mau jadi apa. Saya rasanya ingin hilang. 7 hari kuliah dan saya sudah alpha 2 kali.



Saya harus mencambuk diri saya. Saya mau lulus 4 tahun dengan tambahan gelar S.Ars di belakang nama panjang saya. Saya gamau jadi sampah. Saya mau bisa sedikit berusaha. Kasih saya alasan biar bisa tetap bergerak. Saya harus ingat kalau saya mau melakukan hal lainnya saat skripsi nanti dan artinya saya harus bisa ambil 21 SKS semester 6 nanti.

Saya sudah menyusun target kuliah saya selama 2 tahun kedepan. Saya sudah punya bayangan akan apa setelah lulus. Tapi rasanya saya butuh semangat. Saya butuh suntikan semangat. Saya butuh ditampar sekencang-kencangnya sampai sadar.

Masih banyak hal lain yang harus kamu lakukan dan pikirkan, Bil! Ayo janji sama diri sendiri. Demi lulus 4 tahun dan biar bisa cari beasiswa. Gamau kan kamu hidup gini-gini aja? Kalau memang ini bukan passion kamu, ayo dilawan! Kamu bisa berlari 18 tahun kemarin. Bisa melesat dengan kencang di titik tertentu. Ayo buktiin kalau kamu masih sama. Kalau kamu masih sama kuat dan hebatnya. Jangan kalah sama keadaan dan jangan selalu menyalahkan keadaan saat ini.

Hey, ayo! Saya yakin kamu bisa, Bil!

#selftoyor.

8.14.2015

Meracau lagi

Menelan kerinduan yang membuncah
Semua terhenti di ujung lidah
Memimpikan kembali cerita masa lalu
Rasa-rasanya ingin berbicara tapi tak mampu
Kembali meracau seperti malam ini
Tanpa tahu apa yang ada dalam hati















Kembali meracau setelah sekian lama. Terserah mau kalian anggap fiksi atau nyata. Sila artikan sendiri :-)

7.25.2015

Random Thought 1.4

You can't make other people believes what you believe. You just can't push them.

Before, I was so close minded. I'm that kind of person who thinks that you should live your life just like how others live. Follow the norms. I thought that if something is wrong then it's wrong. Then I met people with different beliefs, people with different characteristic. I was so offensive back then and I think I might have make some people hurt.

I've heard and saw so many this past years. I realize that I'm in no position of judging people. I'm not saying they are right but I can't judge them by telling that they are wrong. Because sometimes it is not the thing they can even choose. Last but not least believe, what you believe and just don't hate people who don't believe. Let us agree to disagree.




Urusan Tuhan, urusan agama adalah urusan kamu sama Tuhanmu




Saya percaya kalian sudah cukup dewasa untuk menghargai perbedaan. Sampai sekarang pun saya masih mempunyai opini yang berbeda dengan mereka tapi saya belajar untuk menghargai, bukan membenci. Saya percaya dengan apa yang saya percaya tapi saya saat ini mencoba untuk tidak memaksa orang lain untuk mengikuti apa yang saya percaya.

7.16.2015

Being 20

Jadi post ini sengaja saya tulis di hari ulang tahun saya yang ke-20.




Jujur 1 tahun kebelakang berat banget.
Entah karena memang banyak yang harus dipikirkan atau karena saya terlalu cemen dan banyak mengeluh.

1 tahun kemarin saya belajar banyak,
tapi saya sendiri nggak bisa menilai apakah saya bertambah dewasa.
Biar orang lain yang menilai.

Setahun kemarin saya banyak dapat pelajaran.
Saya banyak kenal orang baru.
Mulai bingung mikirin akan jadi apa setelah lulus.
Sampai sekarang juga saya masih bingung, ya walaupun sekarang saya lebih kebayang dan tahu saya bisa apa dan minat kemana.



Menjadi 20,
Rasanya saya tua banget. Angka depan umur saya bukan lagi 1. Sudah 2. Saya udah kepala 2 sekarang. Kalau kata orang saya udah bukan remaja lagi. Tapi apa sih artinya angka? Bukannya kedewasaan itu seharusnya tidak dilihat dari angka saja ya?





Saya nggak tau apa yang akan beda dari tahun ini. Rasanya akan sama aja. Selera humor saya tetep receh. Saya tetep suka ngeluh. Tetep hobi tidur dan makan. Tapi mungkin, porsinya akan berkurang. Berjanji akan belajar dan cari pengalaman-pengalaman baru di umur 20 ini. Mungkin dengan bikin project, tulisan, atau sekedar berjalan-jalan ke tempat yang belum pernah saya kunjungi. Janjinya (sih) saya akan lebih produktif. Gitu.


Semoga saja saya memang bertambah dewasa tahun ini. Semoga saya memang akan naik level dari begajulan ke sedikit lebih kalem. Ya, intinya sih semoga saya jadi lebih baik aja gitu. Hehe. Selamat menginjak umur 20. Selamat menjalani tahun ke 21 ya, Bil! Semoga selalu dikuatkan dimanapun dalam kondisi apapun



Sincerely,
Your-20 years old-self.

6.18.2015

Meminta

Selama ini saya selalu minta dimudahkan.
Iya, mental saya memang mental tempe.
Cemen.
Lalu tersadar sepertinya saya seharusnya meminta dikuatkan.
Bukan dimudahkan.

6.11.2015

Random Thought 1.3

Hai Semesta.



Semakin tua. Semakin bertambah umur. Saya semakin bingung dengan konsep sahabat. Saya jadi lebih membatasi diri sehingga akhirnya saya lebih banyak punya teman yang sekedar "say hi" dibanding dengan dulu ketika masih di sekolah. Lalu kembali ke pertanyaan awal saya: 



sahabat itu apa dan siapa sih sebenarnya?



Sahabat kalau kata KBBI itu teman, kawan atau handai. Tapi menurut saya sahabat itu lebih dari sekedar teman. Bahkan lebih dari teman dekat.

Semakin ke sini saya semakin susah untuk menemukan atau melabeli seseorang sebagai sahabat. Saya terlalu takut ketika saya mengakui seseorang sebagai sahabat, ternyata mereka tidak beranggapan sama. Pada akhirnya saya lebih sering melabeli seseorang dengan label "teman dekat". Teman dekat yang saya punya sekarang juga tidak banyak. Lingkaran pertemanan saya itu-itu saja. Semakin ke sini saya merasa kurang nyaman dekat dengan banyak orang. Definisi dekat menurut saya: saya tahu cerita tentang mereka dan sebaliknya. Saya udah bisa ngata-ngatain mereka dan lebih berani menyampaikan apa yang saya pikirkan tentang mereka. Makanya saya merasa lebih baik berada di lingkaran yang itu-itu saja. Inner circle saya bisa dihitung jari sepertinya. Rasanya kurang nyaman kalau cerita tentang diri kamu diketahui oleh banyak orang.

Semakin ke sini, saya ngerasa orang-orang disekitar saya berubah. Saya ngerasa jauh. Kalau saya ketemu sama sahabat saya saat SMP atau SMA (padahal sahabat SMP dan SMA saya sama aja) kadang saya suka bingung mau ngobrol apa. Akhirnya malah ngelawak atau nostalgia. Emang kadang masa lalu terasa lebih manis.

Ngomong-ngomong berubah, bukannya semua orang memang berubah ya? Memang hakekatnya seperti itu kan? Pilihannya hanya berubah ke arah lebih baik atau ngga? Saya percaya kalau perubahan itu diperlukan kok. Kadang berubah itu jadi tuntutan dari proses pendewasaan kamu. Berubah itu naluri. Jangan takut teman-teman kamu berubah, jangan takut kalau mereka punya inner circle lainnya. Toh kamu juga begitu kan? Sepertinya saya pernah mengutip tulisan seseorang di post beberapa tahun lalu. Mungkin kamu bisa scroll ke bawah.







Maafin saya ngablu banget. Terlalu banyak yang saya pikirin belakangan ini. Saya terlalu takut untuk tumbuh dan bertambah tua. Tapi memangnya saya bisa apa?

6.10.2015

Ngobrol Serius

Jadi selama 4 semester ini saya menghabiskan banyak waktu sama mereka. Sebut aja Lele. Bisa dibilang mereka ini teman terdekat saya di kampus. Yang tau busuk-busuknya saya, yang biasa saya ajak joget-joget, yang biasa saya susahin, yang biasa bikin saya ketawa tapi di satu sisi juga bikin saya belajar banyak. Saya pernah bikin impersonate tentang mereka disini dan juga ini.

Kemarin sehabis eksternal, yang bikin saya super beler, akhirnya kami memutuskan untuk membahagiakan diri dengan makan enak. Definisi makan enak tuh makan di luar sambil jalan-jalan. Makan di Yoshinoya aja udah kita bilang makan enak. Emang anaknya mure' banget.
Selagi menunggu makanan dateng, akhirnya kita semua main truth or *mainan laknat yang jangan disebut disini*. Macem main truth or dare tapi darenya diganti. Akhirnya kita malah main ini sampe mau pulang.

Pada akhirnya kita semua lebih banyak pilih truth dan saya sendiri belajar banyak dari sini. Jadi lebih banyak tau. Entah itu tentang hidup atau tentang mereka.

Ada beberapa hal yang bikin saya semakin berpikir sebenarnya saya ini hidup untuk apa sih. Jujur saya sebingung itu. Untuk sukses? Yah, bullshit semua juga mau sukses. Saya selempeng itu. Usaha sih tapi yaudah saya ngalir aja mau dibawa kemana sama takdir. Hahaha parah emang. Saya juga jadi sadar saya ngga pernah mikirin hal-hal gila. Hidup saya selempeng itu. Kadang jadi sedih.

Tapi balik lagi saya belajar banyak kok dari ngobrol-ngobrol ini. Sampe saya bengong-bengong bego mikirin jawaban teman-teman saya ditambah dengan muka beler sehabis bikin output eksternal.




Highlights of the day:
"Kalau dunia ngga bisa ngebahagiain lo, ya bahagiain diri lo sendiri." - Annisa Rahmah.
(Jadi definisi bahagia menurut lu apa, Bil?)
"Bullshit kalau orang ngga butuh pengakuan. Semua orang itu butuh pengakuan seenggaknya dari 1 orang dalam hidupnya. Mungkin itu kenapa ada konsep pacaran. Toh sebenernya yang didapet dari pacaran itu cuman status kan. Lu pacaran atau ngga sebenernya kalau emang deket bakal sama aja. Yang berubah cuma status. Nandain kalau dia itu adalah "kepemilikan" lu. Gitu aja. Lu jadi diakui dan lu juga mengakui dia." - rangkuman ngobrol ngablu membahas konsep berpacaran.
"Jatuh cinta diam-diam itu masokis. Tapi lu bisa apa?"

6.05.2015

Daydreaming

Hai!


Saya sepertinya sedang rajin menulis. Bukan sih ini rasa-rasanya lebih cocok dikatakan sebagai sarana balas dendam saya karena jarangnya saya menulis dan membaca tahun ini. Padahal saya udah janji sama diri diri sendiri untuk lebih banyak menulis biar otak ini nggak meledak.




day·dream
(n) a series of pleasant thoughts that distract one's attention from the present.



Jadi kenapa saya menamakan blog saya Daydreaming sebenarnya ya karena arti harfiah dari kata itu. Saya ini orangnya sering banget hilang. Tiba-tiba ngelamun. Skip sekian detik. Melamun itu kayak distraksi buat saya kalau saya mulai pusing sama isi kepala saya.



Kebanyakan tulisan di blog ini juga sebenernya adalah hasil lamunan atau kontemplasi ((alah)) saat saya entah lagi di jalan, di kereta, baru bangun tidur, di kamar mandi, atau dimanapun dan kapanpun saya lagi butuh untuk diam.



Kepala saya ini isinya nggak karuan. Terlalu acak-acakan. Ibarat benang, kadang saya sendiri bingung dimana ujungnya. Nah dengan menulis ini sebenenya saya sedang mencoba menarik benang-benang kusut itu. Biar saya tau sebenernya saya ini mikir apa atau mau apa. Dan cara saya mengenali diri saya, ya dengan melamun. Biar keren sih berkontemplasi dalam diam (gaya).



Salah satu hasil kontemplasi saya akhir-akhir ini sih ya Random Thought itu. Masalahnya masih masalah diri sendiri. Mungkin, lagi-lagi, karena saya semakin dekat dengan angka 20. Terlalu banyak ketakutan yang saya pikirkan. Padahal sih sehabis ulang tahun ya sama aja. Life must go on, right?








Saya lagi krisis. Bukan materi, tapi jati diri. Saya bingung mau jadi apa. Saya tiba-tiba ragu sama apa yang saya pilih padahal sudah setengah jalan. Katanya sih cita-cita kadang nggak dimulai dari apa yang kita inginkan, bisa aja dimulai dari hal-hal tak terduga lainnya. Saya rasanya harus janji sama diri sendiri untuk mencoba ikhlas. Coba untuk nggak banyak ngeluh tapi jalanin semuanya. Ambil hikmahnya. Kan saya juga suka bercanda kalau ditanya dapet apa aja di arsitektur, "Alhamdulillah dapet hikmahnya aja." Iya kata-kata itu harusnya bisa membuat saya lebih legowo. 



Krisis satu lagi karena saya tidak bisa mengenali diri saya sendiri. Saya merasa saya lagi ada di titik terburuk hidup saya. Seperti ditulisan ini. Saya sadar tapi kadang saya nggak bisa melakukan apa-apa. Memang ada faktor eksternal yang mengganggu saya akhir-akhir ini. Tapi harusnya saya bisa nggak terus-terusan menyalahkan keadaan atau bahkan saya mungkin bisa membalikan keadaan. Kata seorang teman mungkin ini cara-Nya untuk membuat saya lebih dewasa. Menyiapkan diri saya agar bisa menghadapi masalah lain kedepeannya. 

"Nggak semua orang loh Trun bisa ngelewatin masalah kayak gini. Ini tuh bukan masalah yang kata lo cuman gini doang."

Ya semoga aja memang masalahnya nggak gini doang. Semoga saya jadi bisa lebih dewasa setelah ini semua kelar. Capek juga rasanya udah hampir setahun dan masih stagnan disitu-situ aja. Malah kadang lebih parah.






Ya semoga saya bisa secepatnya memenangi diri saya sendiri. Bukankah bisa memenangkan diri sendiri adalah kebahagian buat diri kita?

6.04.2015

Random Thought 1.2

Hari ini sepertinya saya cerewet sekali. Maaf ya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Random thought 1.2: Relationship



Otak saya rasanya terlalu penuh sama pertanyaan-pertanyaan tentang hidup. Tentang diri saya sendiri. Sepertinya ini sindrom menuju umur 20. Saya juga nggak tau.



Jujur saya setakut itu menginjak umur 20. Angka depan umur saya bukan lagi 1 tetapi 2. Harusnya di umur segini saya udah bisa menghasilkan sesuatu atau senggaknya saya tau arah hidup saya akan saya bawa kemana.



20 bagi saya adalah umur ketika kamu beranjak dewasa. Menurut teori psikologi mungkin saya sudah masuk stage "Young Adult" (Iya saya memang bukan anak psikologi. Saya mahasiswi arsitektur tapi semester ini saya belajar teori psikologi perkembangan. All hail architecture school!). Di tahap ini (katanya) saya seharusnya sudah bisa mengenali diri saya sendiri. Sudah tau arah hidup dan goal yang akan dicapai. Harusnya sih saya sudah mulai mencari significant other buat diri saya sendiri. Wow.




Percaya atau enggak, I've never been in any love relationship (Salah satu fun-fact tentang saya. Saya belum pernah pacaran). Deket dengan lawan jenis pernah beberapa kali tapi ya gitu. Kadang saya yang pura-pura bego ngga ngerti atau saya sadarnya telat. Hehehe. Nggak tau kenapa tapi saya merasa saya punya trust issue sama laki-laki (Enggak juga sih sebenernya saya punya trust issue sama semua orang bahkan sama orang-orang yang deket sama saya. Saya terlalu takut untuk cerita. Kecuali situasinya mendesak dan saya rasanya akan meledak. Gitu.)



Dulu saya biasa aja sama semuanya. Yaiyalah umur saya masih belasan (sekarang juga sih...) dan dulu paling keluarga yang nanya cuma bercanda aja.

"Mbak pacarnya mana? Mama kamu dulu seumur kamu pacarnya udah banyak, lho." 

Dulu kalau ditanya gini saya cuman ketawa aja. Haha hihi bilang masih sekolah. Masih kecil. Masih lamalah waktunya. Kalau lagi sebel rasanya pengen saya jawab, "Ada om. Sekarang lagi nyari nafkah di Korea. Jadi personel boyband." Tapi nanti saya dikira gila. Jadi saya ketawa aja. Nyengir-nyengir kuda sambil ngemilin nastar.



Sekarang kalau dipikir-pikir saya kemana aja selama hampir 20 tahun. Tapi saya masih mikir kalau toh 20 tahun ini saya baik-baik aja kok. Kepikiran sih... tapi ya selewat aja. Lebih banyak mikirin gimana saya bisa seneng-seneng sambil kuliah. Hehe.



Saya takut ketergantungan sama orang terus ketika dia pergi saya jadi hilang arah. Setakut itu. Makanya sebisa mungkin saya nggak mau punya hutang budi sama orang. Sebisa mungkin saya meminimalisir ketergantungan sama orang lain.



Saya inget dulu zaman saya SMA, 2 teman terdekat saya punya pacar. Terus saya jomblo sendiri. Mereka sering curhat dan minta tanggapan saya sebagai pihak yang netral. Iya saya dulu selalu mikir pakai logika atau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atau dari sisi lain yang kadang mereka nggak liat. Jangan pake perasaan kalau denger curhat dan memberi saran. Nanti runyam. Dan untungnya mereka mengerti. Nggak bilang, "Tapi lu tuh gatau Bil rasanya." Yaelah kalau gitu sih gausah curhat saya emang gatau. Makanya saya senang mereka bisa ngerti. Karena kadang kita nggak bisa cuman liat dari sisi kita dan pakai perasaan aja. Kadang logika dibutuhkan untuk saat-saat cemburu buta kayak gini.



Dan ada yang saya inget dari mereka kira-kira gini,

"Bil, nanti kalau punya pacar jangan sayang-sayang amat ya! Janji!"

Iya mereka ngomong gitu. Padahal mereka punya cowok. Aneh emang. Tapi ada benernya juga. Jangan ngegantungin diri sama orang lain. Jangan ngegantungin kebahagiaan kamu ke orang lain. Ketika mereka pergi akan susah buat kamu bahagia lagi. Jadi ya jangan berlebihan. Kan berlebihan itu nggak baik :-)





Tapi buat siapapun kamu nanti. Saya janji deh untuk sedikit menggantungkan diri. Biar kesannya saya nggak independen banget. Saya juga butuh untuk didengarkan, diunyel-unyel, dijailin, diajak senang-senang. Semuanya deh. Kamu juga tahan-tahan aja sama saya. Saya suka tiba-tiba ngeselin terus suka tiba-tiba histeris kalau liat oppa-oppa. Tapi kamu bakal saya unyel-unyel juga, saya gangguin (semoga dengan cara yang menyenangkan ya hehehe), saya temenin main game, saya dengerin dumelannya, saya cekokin musik enak menurut saya (siapa tau kamu suka), saya masakin (semoga kamu nggak keracunan hehe), saya ajak hunting foto, kita nonton konser, ndusel-ndusel. Semuanya deh, biar sama-sama merasa dibutuhkan. Gitu.
.
.
.
Geli ya? Iya saya juga. Saya juga nggak ngerti kesambet apa tiba-tiba nulis ini. Mungkin ini sindrom 20 tahun. Bisa jadi kan?

Random Thought 1.1

Jadi ini akan menjadi series pertama dari pikiran-pikiran yang tiba-tiba muncul di kepala saya. Hanya ingin menuliskan perasaan atau pikiran yang terlintas ya walaupun pasti ((seringnya sih)) ngga penting. Hehehehe.
.
.
.
.
.
.
.
Random Thought 1.1





Btw, saya kangen dipanggil Sabila, Bila, Biya. Ya pokoknya pakai nama kecil saya deh. Dulu orang males manggil Sabila karena ada tiga syllables.



Sa • bi • la.




Tapi somehow saya kangen dipanggil begitu. Atau seenggaknya Bila (soalnya kalau Biya biasanya yang panggil temen-temen kecil dan keluarga aja). Rasanya saya lebih perempuan kalau dipanggil Sabila. Hehe. Dipanggil Sabila bikin saya inget masa-masa menyenangkan saat kecil dulu. Rasanya rindu. Saat semua masih tanpa beban. Saat saya masih bebas.
Ternyata bagi saya nama panggilan bisa sebegitu berartinya ya.
.
.
.
.
.
.
.
P.S: Karena post pertama dengan kode 1.0 ini saya gunakan untuk hal-hal tentang diri saya, jadi sepertinya jika post lain menggunakan angka 1. ((something)) berarti saya sedang menuliskan apa yang saya rasa atau pikirkan tentang diri saya sendiri.
Have a nice day!

6.02.2015

Krisis.

Apa yang akan kamu lakukan kalau dihadapkan pada 2 pilihan?
Melanjutkan apa yang menurut kamu ternyata tidak sesuai atau mengambil jalan baru?

Sudah 2 tahun.
Sudah berapa banyak waktu yang dihabiskan.
Berapa banyak materi yang dikeluarkan.
Berapa banyak sumpah serapah yang keluar dari mulut.
Berapa banyak air mata yang jatuh.


Saya sadar akan satu hal. Saya memang tertarik pada bidang kreatif tapi entah saya merasa ada yang miss. Ada yang tidak sesuai dengan saya sebagaimana keras saya menyesuaikan diri.


Dan lagi-lagi saya sadar mimpi yang dulu saya simpan dan kubur dalam memang tidak pernah bohong.

Kalau punya mesin waktu saya rasanya ingin kembali ke 4 tahun lalu saat saya ditanya jalan mana yang akan saya ambil atau ke 2 tahun lalu saat semuanya masih terasa lebih mudah.

Tapi lagi-lagi saya terlalu takut. Saya terlalu pengecut. Terlalu banyak hal yang saya sia-siakan sepertinya.







Maafkan saya semesta.

3.15.2015

Pendewasaan.




Seperti halnya manusia, kemampuan musikal dari sebuah band juga menurut gua mengalami pendewasaan. Contoh nyatanya adalah salah satu band Indonesia favorit gua The Trees and The Wild atau yang katanya sekarang ganti nama jadi Trees and Wild.

Yang lucu dari menemukan band ini adalah semuanya bermula dari artikel kecil di sebuah surat kabar besar dengan inisial K. Namanya yang unik membuat gua iseng mencari band ini. Dimulai dari mendengar lagu mereka di Myspace sampai akhirnya mencoba mencari album mereka (tetap di internet. Maaf) sampai akhirnya gua jatuh cinta dengan keseluruhan album Rasuk.


Kemarin, akhirnya salah satu impian gua terkabul. Nonton mereka live. Walaupun Iga dengan Barasuara-nya yang juga sama pecahnya dan Remedy bersama Andra yang tetap di TTATW. Barasuara dengan energinya dan beat yang ga ada abisnya. Crowdnya asik banget walaupun mereka bahkan belum mengeluarkan album. Berbeda dengan TTATW diawal mereka muncul yang sangat menenangkan, Barasuara muncul dengan energi tanpa batas yang bisa bikin bangun saat nugas. 

Seperti yang sudah gua katakan diatas, TTATW menurut gua mengalami perubahan yang sangat drastis. Rasuk yang kadang mendayu dengan iringan gitar yang menenangkan mulai bertambah diiringi hentakan drum yang intens. Melodi mereka terkesan lebih 'mistis'. Menurut gua lagu-lagu mereka sekarang ini butuh penghayatan yang lebih bahkan dalam mendengarkannya berbeda dengan album Rasuk yang menurut gua mengalir begitu saja.

Perubahan yang terjadi bukan hal yang buruk menurut gua. Perkembangan juga memang dibutuhkan biar ga stagnan. Ga gitu-gitu aja. Cuman sepertinya memang kuping ini memang lebih terbiasa dengan lagu-lagu awal mereka. Kesan mereka di panggung dulu juga terasa lebih ceria. Tapi overall gua mendukung perubahan mereka kok. Lagu-lagu mereka tetap enak menurut gua. Lebih banyak membuat gua berdiam dan berefleksi saat mendengarnya.

Senang bisa mengobati kerinduan dengan melihat mereka setelah sekian lama. Empati Tamako, Nyiur, Saija, Serangan dan Tuah/Sebak tetap pecah! Ditunggu kehadiran album keduanya. Sangat tidak sabar untuk kembali dimanjakan dengan lagu-lagu kalian.